Wow, Akurasi Diagnosis Teknologi AI Setara Dokter Ahli

Wow, Akurasi Diagnosis Teknologi AI Setara Dokter Ahli – Teknologi AI (Artificial Intelligence) atau yang dikenal sebagai kecerdasan buatan semakin gencar dikembangkan di berbagai bidang, termasuk kesehatan dengan harapan dapat membantu dokter mendiagnosis penyakit.

Baru-baru ini tim kedokteran dari University of California, San Diego yang dipimpin oleh Kang Zhang melakukan uji coba teknologi AI. Bermodalkan catatan medis yang dihimpun dari 1,3 juta pasien yang mengunjungi pusat layanan medis di Guangzhou, Tiongkok pada periode tahun 2016-2017.

Seluruh catatan itu dijadikan materi pembelajaran mesin teknologi AI untuk mendiagnosis beberapa penyakit yang dikeluhkan pasien, di antaranya penyakit influenza, cacar, penyakit kulit di kaki dan tangan serta penyakit mulut dan tenggorokan.

Hasil uji coba tersebut cukup mengejutkan. Mesin AI yang dikembangkan oleh Zhang dan tim ternyata mampu melakukan determination dengan tingkat akurasi 90 hingga 97 persen.

Hasil tersebut diklaim Zhang melebihi kemampuan dokter muda dan hampir menyaingi kemampuan dokter ahli atau yang lebih senior serta waktu diagnosisnya oun terbilang lebih singkat.

“Saat jam sibuk kita bisa bertemu hingga 80 pasien dalam sehari dan banyak sekali informasi yang harus dipahami dalam waktu tersebut. Sebagai manusia kita berpotensi melakukan kesalahan, sementara teknologi AI tidak butuh tidur, tidak pernah lelah, dan memiliki memori yang kuat,” tutur Zhang.

Menurut Zhang, kemampuan mesin AI juga bisa digunakan untuk memantau keadaan pasien secara berkala saat dalam kondisi darurat dan butuh pengawasan dari perawat secara seksama. “Jadi AI juga mampu memantau sekaligus mengumpulkan information keadaan pasien dalam kondisi darurat,” imbuh Zhang.

Sementara itu, ahli dari Alan Turing Institure London, Chris Russell, berpendapat, peran teknologi AI tidak akan menggantikan peran manusia atau profesi dokter sepenuhnya.

Alasannya catatan medis atau determination harus tetap dilakukan oleh tenaha ahli karena kemampuan conclusion mereka juga jadi kunci teknologi AI terus belajar.

“Seseorang akan tetap butuh berdiskusi perihal gejala penyakitnya dan kemudian memasukkan information tersebut ke mesin. Jadi saya melihat teknologi ini tetap akan membutuhkan dokter. Butuh waktu lama agar teknologi bsia menggantikan ahli medis sepenuhnya,” tutur Russel.